Browse Items (29 total)
Sort by:
-
PERENCANAAN SQUEEZE CEMENTING DENGAN KOMBINASI METODE HESITATION DAN BALANCE PLUG PT. BUKITAPIT BUMI PERSADA
Permasalahan yang sering dijumpai pada sumur tua adalah menurunnya
kekuatan ikatan semen, turunnya produksi minyak, dan produksi air yang
berlebihan. Permasalahan ini bisa dicegah dengan melakukan squeeze cementing
atau penyemenan ulang pada target kedalaman tertentu. Penelitian ini memiliki
tujuan menganalisis hasil pengujian injectivity test yang dilakukan sebelum
pekerjaan squeeze cementing, data yang diperoleh dilakukan evaluasi dengan data
lain berupa data sumur dan juga data slurry cement, berdasarkan evaluasi yang
dilakukan ditentukan metode yang digunakan yaitu kombinasi metode hesitate
dengan teknik balanced plug pada kedalaman 2469 - 2473 M, pada evaluasi
selanjutnya slurry cement diolah sehingga dapat diketahui bahwa volume slurry
cement yang dibutuhkan 85,68 cuft atau 15,26 bbl, volume water ahead 20 bbl,
volume water behind 2,72 bbl, volume displacement fluid 56,5 bbl, volume zat
additive silica flour 1.842.40 lb / sack, dispersant 6,72 gall, retarder 2,80 gall,
fluid-loss 56 gall, anti-gas 56 gall, anti-foam 1,68 gall, serta tekanan hidrostatis
maksimal pada sumur sebesar 1.617,2 psi -
PERENCANAAN PENANGANAN PROBLEM SCALING PADA SUMUR “ZR” MENGGUNAKAN METODE BROACHING PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGI KAMOJANG – JAWA BARAT
Masalah utama yang sering terjadi pada sumur-sumur produksi panas bumi adalah
problem scaling. Endapan scale yang terbentuk dapat menyebabkan penyempitan
diameter lubang sumur, sehingga akan menurunkan laju produksi yang nantinya
berpengaruh pada sumur geothermal.sumur “ZR” mengalami problem scaling di
kedalaman 900,74 mku pada casing produksi 13- 3/8 inch dengan ketinggian kolom
scale kurang dari 1 meter dan ketebalan scale sebesar 9,95 inch. Scaling yang
terbentuk belum berpengaruh terlalu besar terhadap penurunan laju produksi karena
ketinggian kolom scale belum terlalu besar dan titik terbentuknya endapan scale
belum terbentuk pada bagian perforated liner dan pada zona (feed zone). Agar laju
produksinya normal kembali maka dilakukannya pembersihan dengan beberapa
metode seperti acidizing, coil tubing, roto jet, namun metode yang digunakan untuk
penanganan problem scaling pada sumur “ZR” yaitu menggunakan “broaching
method”. Metode broaching merupakan suatu metode yang memiliki tujuan untuk
membersihkan scale, dengan konstruksi pahatan yang fitur atau sederetan gigi-gigi
pemotong. Peralatan broaching dikelompokan menjadi dua yaitu peralatan atas
permukaan dan peralatan bawah permukaan peralatan atas permukaan akan
terhubung dengan peralatan bawah permukaan dengan bantuan kawat wireline.
Berdasarkan kedalaman dan derajat kemiringan sumur syarat pembersihan scale
menggunakan metode broaching derajat kemiringan sumur “ZR” 30° sehingga
dapat diterapkan. Karena sumur ZR memiliki derajat kemiringan tidak melebihi
batas keteantuan syarat broaching yaitu 50°, namun setelah pengerjaannya terdapat
kekurangan dan kelebihan metode broaching ini diterapkan pada sumur “ZR”
diantaranya adalah kurang efektif jika di lakukan disumur bighole seperti sumur
“ZR” ini dan sangat ekonomis tidak memerlukan biaya seperti mendirikan rig
ataupun cairan kimia yang lebih mahal -
PERENCANAAN HYDRAULIC FRACTURING DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADA SUMUR X LAPANGAN Y PT. BUKIT APIT BUMI PERSADA
Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk menstimulasi dan memperbaiki
sumur karena adanya kerusakan pada formasi dengan menginjeksikan fluida dasar
perekah pada tekanan tinggi untuk menciptakan saluran dan ditahan dengan
material pengganjal (proppant) agar saluran atau rekahan yang terbentuk tidak
menutup kembali. Sumur X pada Lapangan Y merupakan sumur yang baru selesai
dibor lalu diselesaikan dengan metode stimulasi hydraulic fracturing, dilakukan
hydraulic fracturing pada tanggal 28 Desember 2023. Sumur X memiliki
mineralogy batuan sandstones dengan permeabilitas yang rendah (tight) yaitu
sekitar 3,6 md dengan nilai porositas berkisar 14% sehingga sumur ini tidak
produktif untuk memproduksikan hidrokarbon. Namun, sumur ini sangat ekonomis
diproduksikan jika dilakukan metode stimulasi hydraulic fracturing. Fluida
perekah yang digunakan adalah Water Base Fluid yaitu fluida perekah berbahan
dasar air dan proppant yang digunakan adalah Super LC 16/30. Proses pelaksanan
hydraulic fracturing dimulai dengan melakukan breakdown test,step rate test, mini
frac, dan main frac dengan tahapan mentransfer proppant dimulai dengan pre-pad,
slug, pad, dan flush.. Setelah dilakukan stimulasi metode hydraulic fracturing,
sumur X mempunyai permeabilitas sebesar 408 md dengan permeabilitas rata-rata
berkisar 40 md, diikuti dengan kenaikan productivity index X sebesar 4,20 kali dari
sebelumnya dengan laju produksi minyak sebesar 138 BOPD dan laju produksi
maksimalnya sebesar 205 BOPD. -
PERENCANAAN DESAIN SEPARATOR HORIZONTAL 3 FASA LAPANGAN “US” PT. PERTAMINA EP REGIONAL 2 ZONA 7
Separator adalah sebuah komponen peralatan yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan separator merupakan tempat awal pemisahan hidrokarbon menjadi
minyak, gas dan air atau menjadi gas dan liquid. Pada lapangan “US” PT Pertamina
EP Regional 2 Zona 7 separator yang digunakan adalah separator horizontal 2 fasa,
karena sumur-sumur yang terdapat pada lapangan “US” memproduksikan gas dan
air serta zat-zat impurities yang dihasilkannya itu sedikit khususnya pasir.
Pendesainan daripada separator ini sangat krusial, karena akan sangat berpengaruh
terhadap output (fluida produksi) nya, Maka dari itu pendesainan separator ini
merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan secara teliti dan terstruktur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi dan parameter separator 2 fasa, mengetahui hasil perencanaan
desain dan problem yang sering terjadi pada separator horizontal 2 fasa lapangan
“US”. Berikut adalah hasil akhir dari observasi secara kualitatif dan kuantitatif
terhadap lapangan “US” antara lain, Faktor-faktor yang mempengaruhi pendesainan
separator horizontal 2 fasa adalah kecenderungan aliran surge, foaming crude oil
dan korosif, zat impurities, dan sifat fisik fluida produksi, parameter yang
dibutuhkan untuk pendesainan separator horizontal 2 fasa adalah operating
pressure, operating temperature, Qo, Qg, Qw, dst, hasil perencanaan desain
separator horizontal 2 fasa lapangan “US” adalah diameter 42 in, gas Leff 1,7 ft,
liquid Leff 9,2 ft, Lss 11,7 ft, slenderness ratio 3,3, dst. dan problem yang sering
terjadi adalah liquid carryover -
PERBANDINGAN POMPA ESP TYPE IND-1300 DAN D800N PADA SUMUR PPQ LAPANGAN U-23 DI PT PERTAMINA EP ASSET 4 FIELD CEPU
Sumur PPQ merupakan sumur produksi minyak peninggalan Belanda yang
berproduksi menggunakan artificial lift electrical submersible pump yang terletak
di PT Pertamina EP Region 4 Zona 11. Berdasarkan data produksi, Sumur PPQ
mengalami penurunan laju produksi, dan terindikasi downthrust pada pompa.
Indikasi downthrust pada pompa disebabkan oleh laju alir actual Sumur PPQ adalah
481,03 BFPD sedangkan pompa IND-1300/55Hz memiliki ROR sebesar 900-1640
BFPD. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk menentukan laju produksi
maximal (Qmax) dan laju produksi optimum (Qoptimum) suatu sumur untuk
berproduksi berdasarkan analisa kurva IPR, mengetahui perbandingan pompa yang
baik untuk digunakan pada sumur PPQ ini, menghitung penambahan produksi
minyak (gain production) pada sumur setelah dilakukan perhitungan. Mengatasi
problem pada ESP setelah dilakukan perhitungan dengan menaikan laju produksi
sumur. Data yang di perlukan diperoleh yaitu general report electrical submerible
pump, data reservoir, data fluid properties, data produksi dan data wellprofile. Data
tersebut diperoleh langsung dari pembimbing di lapangan. Pada saat pengolahan
data metode yang dilakukan yaitu penentuan analisa potensi sumur, perbandingan
pompa terpasang dan pompa baru. Hasil perbandingan pada pompa terpasang
D800N/60 Hz adalah pump setting depth pada 2013,09 ft, pump intake pressure
pada 43,5 Psi, total dynamic head pada 1958,718 ft, jumlah stage 71,20 stage, pump
efficiency 62%, Kenaikan laju produksi Qactual (481,03 BFPD) menjadi Qoptimum
(778,577 BFPD) dengan kenaikan rate sebesar 297,57 BFPD dengan water cut yang
tinggi pada Sumur PPQ yaitu sebesar 97,91% -
PERBANDINGAN MATERIAL TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI PENGGANTI PAC-LV TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR PT. MADANI ALAM LESTARI
Lumpur pemboran merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu
kegiatan pemboran. Pemboran dapat berjalan lancar, aman, ekonomis sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan sistem lumpur pemboran yang digunakan. Sifat Sifat
fisik lumpur Pemboran antara lain adalah Densitas,Viskositas Gel Strength yield
Point dan Fluid loss.Untuk menjaga lumpur supaya tidak terjadi masalah dalam
pemboran harus diperhatikan mengenai bahan bahan yang digunakan Pac LV
merupakan material yang sering digunakan dalam pembuatan pemboran yang harga
cukup tinggi sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah Tepung
tapioka ini bisa menjadi bahan pengganti sebagai pengganti Pac LV,Tepung
Tapioka yang mengandung pati memiliki kemampuan yang sama seperti Pac LV
ketika diaplikasikan sebagai material campuran lumpur pemboran berfungsi untuk
viscosifier dan mencegah terjaidnya fluid loss.Dalam Penelitian ini pati/tepung
tapioka digunakan sebagai alternatif pengganti dari Pac Lv yang memiki harga yang
cukup mahal dan Tepung tapioka ini memiliki harga yang cukup murah dan ramah
lingkungan menjadi salah satu alasan mengapa penelitian ini di lakukan -
PERBANDINGAN BAHAN ADDITIVE BARITE, CACO3, SOLTEX TERHADAP SOLID CONTENT YANG DI TIMBULKAN PADA LUMPUR KCL POLYMER PT. ADIGUNA CAKRA SEMESTA
Lumpur merupakan salah satu hal yang sangat menunjang di dalam operasi
pemboran, desain lumpur tersebut dapat mempengaruhi efektifitas kerja pemboran,
biaya yang akan dikeluarkan, sampai kepada saat sumur itu telah berproduksi.
Sebelum ke lapangan, lumpur dicek terlebih dahulu di laboratorium. Tujuan pada
Tugas Akhir ini, yaitu mengetahui pengaruh reologi dalam penambahan KCl
lumpur pemboran, mengetahui pengaruh filtrat mud cake, dan pengaruh solid
content pada lumpur pemboran.untuk memperbaiki sifat sifat lumpur zat zat kimia
di tambahkan dalam pembuatan formulasi menggunakan lumpur kcl polymer varian
Barite 75.00 ppb, varian CaCO3 70.00 ppb, dan varian Soltex 6.00 ppb. Ketiga
lumpur kcl polymer ini di lakukan pengujian rheologi dengan rheometer, pengujian
filtrat dan mud cake dengan API Filter Press, pengujian solid content dengan retort
kit. Hasil pengujian reologi lumpur kcl polymer varian Barite 75.00 ppb
menghasilkan plastic viscosity 23 cps, yield point 35 lbs/sqft, gels strenght 10 sec
10 lb/feet, gels strenght 10 min 19 lb/feet. Pengujian filtrat menghasilkan nilai 4 ml
dan mud cake 0.4 inch. Pengujian solid content menghasilkan nilai 21%. Hasil
pengujian reologi lumpur kcl polymer varian CaCO3 70.00 ppb menghasilkan
plastic viscosity 28 cps, yield point 42 lbs/sqft, gels strenght 10 sec 12 lb/feet, gels
strenght 10 min 21 lb/feet. Pengujian filtrat menghasilkan nilai 4.4 ml dan mud
cake 0.5 inch. Pengujian solid content menghasilkan nilai 19%. Hasill pengujian
reologi lumpur kcl polymer varian Soltex 6.00 ppb menghasilkan plastic viscosity
30 cps, yield point 42 lbs/sqft, gels strenght 10 sec 13 lb/feet, gels strenght 10 min
23 lb/feet. Pengujian filtrat menghasilkan nilai 4.4 ml dan mud cake 0.7 inch.
Pengujian solid content menghasilkan nilai 17%. Dari ketiga komposisi diatas
lumpur kcl polymer dengan varian Soltex 6.00 ppb menghasilkan nilai solid yang
bagus di karenakan nilai solid yang rendah -
PERBANDINGAN SWELLING PADA LUMPUR KCL POLYAMINE DENGAN MENGUNAKAN LINER SWELL METER BBPMGB LEMIGAS
Laporan tugas akhir ini bertujuan mengetahui perbandingan sweeling pada lumpur pemboran. Lumpur pemboran adalah menurut API (American petroleum Institute) didefiniskan sebagai fluida sirkulasi dalam operasi pemboran berputar yang berpengaruh terhadap optimalnya operasi pemboran. Dalam operasi pemboran seringkali hambatan salah satunya swelling yang terjadi disebabkan adanya lapisan shale. Water base mud ini digunakan karena lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan yang lainnya. Terdapat 1 jenis additive lumpur water base mud dengan komposisi yang berbeda yaitu KCL polyamine Metode ini dilakukan uji laboratorium dengan melakukan beberapa pengujian rheology, pH meter dan LSM (Linear Swell Meter ). Hasil didapat dari pengujian lumpur yang paling optimasi yaitu additive KCL polyamine, dalam pembacaan rheometer dengan hasil PV 32 cp dan YP 40 lb/ft, gel strength 10 detik 14 dan gel strength 10 menit 20, hasil pH meter 9,88, hasil swelling pada LSM 11,06%, yang paling efektif atau paling rendah dibandingkan dengan dan KCL polymer -
PENGARUH PERAWATAN TERJADWAL TERHADAP KINERJA MESIN TURBIN DI METERING REGULATING STATION PT PGN. SOLUTION
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN adalah perusahaan penyedia
gas terkemuka di Indonesia. PGN didirikan pada tanggal 13 Mei 1965. Kegiatan usaha
PGAS dapat dibagi menjadi dua kegiatan usaha utama yaitu distribusi gas dan transmisi
gas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perawatan terjadwal
terhadap kinerja mesin turbin di Metering Regulating Station (MRS) PT PGN Solution.
Mesin turbin memegang peranan penting dalam mendukung operasional MRS,
terutama dalam menggerakkan komponen vital seperti kompresor dan pompa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan data yang
dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara dengan operator, dan analisis
dokumen perusahaan. Metode perawatan yang dianalisis meliputi perawatan rutin
(preventive maintenance), perawatan prediktif (predictive maintenance), dan
perawatan korektif (corrective maintenance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perawatan terjadwal memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan produktifitas,
pengurangan downtime, dan perpanjangan umur mesin turbin. Perawatan rutin yang
dilakukan secara berkala mampu menjaga kinerja mesin pada tingkat optimal,
sementara perawatan prediktif membantu meminimalkan risiko kerusakan mendadak.
Selain itu, perawatan korektif yang dilakukan pasca-kerusakan mampu mengembalikan
mesin ke kondisi operasional yang baik. Dari segi ekonomi, perawatan terjadwal
terbukti lebih optimal dalam mengurangi biaya operasional dibandingkan dengan
kerugian yang disebabkan oleh kerusakan tak terduga. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa perawatan yang tepat waktu dan teratur sangat penting untuk menjaga performa
mesin turbin serta optimalisasi operasional MRS -
PENGARUH PENAMBAHAN NACL TERHADAP PROPERTIES HIGH PERFORMANCE WATER BASE MUD – POLYAMINE PADA SKALA LABORATORIUM PT. MADANI ALAM LESTARI
Pertama kali orang-orang dipemboran menggunakan air untuk
mengangkat serbuk bor (cutting) ke permukaan. Seiring berkembangnya zaman,
pemboran kemudian menggunakan lumpur untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur.
Salah satu upaya agar suatu operasi pemboran berhasil adalah dengan
merencanakan lumpur pemboran yang akan digunakan dengan baik. Sistem lumpur
high performance water base mud (HPWBM) berbeda dengan water base mud
(WBM) konvensional yang dimana HPWBM dapat bertindak seperti oil base mud
(OBM) dalam hal pelumasan dan ketahanan terhadap kontaminasi. Berdasarkan
penghitungan dan analisis didapat formulasi lumpur HPWBM- Polyamine yaitu
Fresh Water, KOH, Bentonite, Polyamine, PAC-LV, PAC-R, XCD dan Barite.
Pengujian dilakukan dengan penambahan kontaminasi NaCl 3% dan 5% dimulai
dari menghitung densitas (mud balance), viskositas (marsh funnel), rheology
lumpur PV, YP, gel strenght (Rheometer), banyaknya filtrate dan mud cake (API
Filter Press/30 min), pengujian pH (pH indicator). Perencanaan dan pengujian
lumpur dilakukan di PT. Madani Alam Lestari. Setelah melakukan pengujian
didapatkan hasil penaikan dan penurunan terhadap mud properties karena
kontaminasi NaCl. Hasil dari penambahan kontaminasi NaCl 3% dan 5% pada
lumpur HPBWM – polyamine dengan pengujian terjadi penurunan dan penaikian
harga pada Mud properties.